Seni
kriya hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan Indonesia bagaikan pernik-pernik
manikam persada Nusantara. Kehadirannya beriringan sejalan dengan eksistensi
manusia di tanah air. Penciptaannya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik
kebutuhan jasmani (fisik) maupun kebutuhan rohani/jiwani (spiritual).Oleh
karena itu, hasil karya seni kriya sering merepresentasikan pola fikir dan
perilaku masyarakat pada zamannya.Salah satu jenis senirupa terapan seni kriya
yang pernah kami bagikan kepada anda di blog senirupa ini adalah kriya kayu,
dan kriya kayu tersebut yang akan kami ulas disini.
Jenis-jenis kayu untuk kriya kayu:
Sebagaimana namanya yaitu kriya kayu
tentunya bahan dasar yang digunakan adalah dari bahan kayu. Secara garis besar
ada dua jenis kayu yang sering digunakan dalam berkarya seni kriya kayu yaitu kayu alami dan yang kedua kayu buatan atau
hasil modofikasi dari bahan kayu itu sendiri ditambah dengan bahan lain.
1.
JENIS KAYU ALAMI UNTUK KRIYA KAYU
a.
Kayu Jati
Kayu jati atau latinnya disebut tectona grandis, adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet I-II, dan kelas kuat II. Kayu jati memiliki corak warna khususnya pada kayu terasnya coklat agak muda sampai tua kehijau-hijauan. Corak warna kayu jati ini mempunyai nilai dekoratif yang sangat indah dan menarik, menyebabkannya banyak diminati oleh para pengusaha mebel maupun industri pengolahan kayu. Selain keindahan corak, kayu jati mempunyai sifat pengerjaan yang mudah sampai dengan sedang, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu walaupun memiliki tekstur yang agak kasar. Kayu jati dalam kegunaannya adalah termasuk kayu yang istimewa karena dapat digunakan untuk semua tujuan (serbaguna).
Kayu mahoni adalah
klasifikasi yang termasuk dalam famili meliaceae. Ada dua jenis spesies yang
cukup dikenal yaitu swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan swietenia
mahagoni (mahoni daun kecil). Mahoni daun kecil tidak dianjurkan untuk
dikembangkan karena sangat peka terhadap serangan hama penggerek pucuk. Tanaman
ini tumbuh pada tipe iklim A sampai D, yaitu daerah bermusim kering atau basah.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini berkisar antara 0-1000m dari
permukaan laut. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 40m dengan diameter batang
dapat mencapai lebih dari 100 cm. Tajuknya berbentuk seperti kubah, kayu lunak
atau gubal berwarna merah muda, sedangkan kayu teras berwarna merah hingga
coklat tua. Kayu mahoni dapat dipergunakan untuk mebel, vinir, alat olah raga,
alat musik dan keperluan bangunan. Agar diperoleh kayu yang berkualitas baik
untuk pertukangan, kayu ini dipanen setelah berumur 30 tahun atau lebih.Mahoni
berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman ini masuk ke Indonesia
pada tahun 1872 melalui India, kemudian dikembangkan secara luas di pulau Jawa
sekitar tahun 1892-1902.Pohon akan berbuah setelah tanaman berumur 12 tahun
atau lebih yaitu pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Buah yang masak
berwarna cokelat hingga cokelat tua (PIKA, 1981).
Kayu sonokling
(dalbergia latifolia) merupakan jenis kayu yang memiliki keunggulan dilihat
dari segi warnanya, khususnya warna pada kayu terasnya yang berwarna merah
tua/ungu dengan garis-garis hitam yang gelap. Walaupun kayu ini memiliki sifat
kembang susut besar dan tingkat keretakan tinggi, namun kayu sonokling memiliki
tekstur yang sangat halus, serat serat lurus atau berpadu dan termasuk dalam
kategori kayu kelas awet I dan kelas kuat II dengan berat jenis kering udara
rata-rata0,90.
Secara umum kayu sonokeling ini biasanya digunakan untuk kayu perkakas, lantai, papan, alat olah raga dan musik, seni ukir dan pahat, finir mewah, kerjaan liat dan kerjaan putar (PIKA, 1981).
Secara umum kayu sonokeling ini biasanya digunakan untuk kayu perkakas, lantai, papan, alat olah raga dan musik, seni ukir dan pahat, finir mewah, kerjaan liat dan kerjaan putar (PIKA, 1981).
d.
Kayu suren (toona sureni merr) merupakan jenis kayu yang memiliki warna merah daging. Kayu suren ini memiliki sifat kembang susut besar dan tingkat keretakan tinggi. Kayu suren juga memiliki tekstur yang agak keras dan agak halus, serat lurus bergelombang dan termasuk dalam kategori kayu kelas awet IV dan kelas kuat III-IV dengan berat jenis kering udara rata-rata 0,39. Berdasarkan sifat-sifat yang ada, kayu suren ini biasanya digunakan untuk kayu perkakas, papan, peti, kotak serutu, kayu bangunan, plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot, moulding. (PIKA, 1981).
Kayu suren (toona sureni merr) merupakan jenis kayu yang memiliki warna merah daging. Kayu suren ini memiliki sifat kembang susut besar dan tingkat keretakan tinggi. Kayu suren juga memiliki tekstur yang agak keras dan agak halus, serat lurus bergelombang dan termasuk dalam kategori kayu kelas awet IV dan kelas kuat III-IV dengan berat jenis kering udara rata-rata 0,39. Berdasarkan sifat-sifat yang ada, kayu suren ini biasanya digunakan untuk kayu perkakas, papan, peti, kotak serutu, kayu bangunan, plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot, moulding. (PIKA, 1981).
e. Kayu Sungkai
Kayu sungkai atau jati sabrang latinnya disebut pronema canescens Jac, adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet III, dan kelas kuat II-III. Kayu sungkai memiliki corak warna kayu teras kering udara putih kekuning-kuningan. Kayu sungkai mempunyai sifat pengerjaan mudah, namun daya retaknya cukup tinggi, serat lurus bergelombang dan memiliki tekstur agak kasar. Kayu sungkai dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, kayu perkakas, lantai, papan, seni ukir dan pahat, finir mewah serta sebagai kayu ornamentil.
0 komentar: